Selasa, 21 Agustus 2012

"MERAH PUTIH"

"SELAMAT MALAM TAPANULI"
(Mangaligi Sejarah ni Bendera Merah Putih) ________________________________________________

Para kawan...! Warna merah dan putih mempunyai arti yang sangat dalam, sebab kedua warna tersebut tidak begitu saja dipilih dengan cuma–cuma, melainkan melalui proses sejarah yang begitu panjang dalam perkembangan Bangsa Indonesia. Demikian info sejarahnya, semoga menambah pengetahuan bagi kita :


1. Pada zaman Aditya Candra. Aditya berarti matahari dan Candra berarti
bulan. Penghormatan dan pemujaan tidak saja di kawasan Nusantara, namun
juga di seluruh Kepulauan Austronesia, di Samudra Hindia, dan Pasifik.

Pada Zaman itu ada kepercayaan yang memuliakan zat hidup atau zat kesaktian
bagi setiap makhluk hidup yaitu getah-getih. Getah-getih yang menjiwai
segala apa yang hidup sebagai sumbernya berwarna merah dan putih.

2. Pada permulaan masehi selama 2 abad, rakyat di Kepulauan Nusantara :

- Di Pulau Bali gendering disebut Neka ra Bulan Pajeng yang disimpan
dalam pura. Pada nekara tersebut diantaranya terdapat lukisan orang menari
dengan hiasan bendera dan umbul-umbul dari bulu burung.

- Demikian juga di Gunung Kidul sebelah selatan Yogyakarta terdapat kuburan
berupa waruga dengan lukisan bendera merah putih berkibar di belakang
seorang perwira menunggang kerbau, seperti yang terdapat di kaki Gunung
Dompu.

3. Pada abad VII di Nusantara dindingnya candi brobudur terdapat “pataka”
di atas lukisan dengan tiga orang pengawal membawa bendera merah putih
sedang berkibar. Kata dwaja atau pataka sangat lazim digunakan dalam
kitab jawa kuno atau kitab Ramayana. Gambar pataka yang terdapat pada
Candi Borobuur, oleh seorang pelukis berkebangsaan Jerman dilukiskan
dengan warna merah putih. Pada Candi Prambanan di Jawa Tengah juga
terdapat lukisan Hanoman terbakar ekornya yang melambangkan warna merah
(api) dan warna putih pada bulu badannya. Hanoman = kera berbulu putih.
Hal tersebut sebagai peninggalan sejarah di abad X yang telah mengenal
warna merah dan putih.

Prabu Erlangga, digambarkan sedang mengendarai burung besar, yaitu Burung
Garuda yang juga dikenal sebagau burung merah putih. Denikian juga pada
tahun 898 sampai 910 Raja Balitung yang berkuasa untuk pertama kalinya
menyebut dirinya sebagai gelar Garuda Muka, maka sejak masa itu warna
merah putih maupun lambang Garuda telah mendapat tempat di hati Rakyat
Indonesia.

4. Kerajaan Singosari berdiri pada tahun 1222 sampai 1292 setelah Kerajaan
Kediri, mengalami kemunduran. Raja Jayakatwang dari Kediri saat melakukan
pemberontakan melawan Kerajaan Singosari di bawah tampuk kekuasaan Raja
Kertanegara sudah menggunakan bendera merah – putih , tepatnya sekitar
tahun 1292.

Pada saat itu tentara Singosari sedang dikirim ke Semenanjung
Melayu atau Pamelayu. Jayakatwang mengatur siasat mengirimkan tentaranya
dengan mengibarkan panji – panji berwarna merah putih dan gamelan kearah
selatan Gunung Kawi. Pasukan inilah yang kemudian berhadapan dengan
Pasukan Singosari, padahal pasukan Singosari yang terbaik dipusatkan
untuk menghadang musuh di sekitar Gunung Penanggungan.

Kejadian tersebut ditulis dalam suatu piagam yang lebih dikenal dengan
nama Piagam Butak. Butak adalah nama gunung tempat ditemukannya piagam
tersebut terletak di sebelah selatan Kota Mojokerto. Pasukan Singosari
dipimpin oleh R. Wijaya dan Ardaraja (anak Jayakatwang dan menantu
Kertanegara). R. Wijaya memperoleh hadiah sebidang tanah di Desa Tarik,
12 km sebelah timur Mojokerto.

Berkibarlah warna merah – putih sebagai bendera pada tahun
1292 dalam Piagam Butak yang kemudian dikenal dengan piagam merah – putih,
namun masih terdapat salinannya. Pada buku Paraton ditulis tentang
Runtuhnya Singosari serta mulai dibukanya Kerajaan Majapahit dan pada
zaman itu pula terjadinya perpaduan antara Ciwaisme dengan Budhisme.

5. Demikian perkembangan selanjutnya pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit,
menunjukkan bahwa putri Dara Jingga dan Dara Perak yang dibawa oleh tentara
Pamelayu juga mangandung unsur warna merah dan putih (jingga=merah, dan
perak=putih). Tempat raja Hayam Wuruk bersemayam, pada waktu itu keratonnya
juga disebut sebagai keraton merah – putih, sebab tembok yang melingkari
kerajaan itu terdiri dari batu bata merah dan lantainya diplester warna
putih.

Empu Prapanca pengarang buku Negarakertagama menceritakan tentang
digunakannya warna merah – putih pada upacara kebesaran Raja Hayam Wuruk.
Kereta pembesar – pembesar yang menghadiri pesta, banyak dihiasi merah –
putih, seperti yang dikendarai oleh Putri raja Lasem. Kereta putri Daha
digambari buah maja warna merah dengan dasar putih, maka dapat disimpulkan
bahwa zaman Majapahit warna merah – putih sudah merupakan warna yang
dianggap mulia dan diagungkan.

Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan
bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian
belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang
serta beberapa ayat suci Al Quran.

Para mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia yang berada di
Negeri Belanda pada 1922 juga telah mengibarkan bendera merah – putih
yang di tengahnya bergambar kepala kerbau, pada kulit buku yang berjudul
Indonesia Merdeka. Buku ini membawa pengaruh bangkitnya semangat
kebangsaan untuk mencapai Indonesia Merdeka.

Demikian seterusnya pada tahun 1927 berdiri Partai Nasional Indonesia dibawah
pimpinan Ir. Soekarno yang bertujuan mencapai kemerdekaan bagi Bangsa
Indonesia. Partai tersebut mengibarkan bendera merah putih yang di
tengahnya bergambar banteng.

Kongres Pemuda pada tahun 1928 merupakan detik yang sangat bersejarah
dengan lahirnya “Sumpah Pemuda”. Satu keputusan sejarah yang sangat berani
dan tepat, karena kekuatan penjajah pada waktu itu selalu menindas segala
kegiatan yang bersifat kebangsaan.
Sumpah Pemuda tersebut adalah tidak lain merupakan tekad untuk bersatu,
karena persatuan Indonesia merupakan pendorong ke arah tercapainya
kemerdekaan. Semangat persatuan tergambar jelas dalam “Poetoesan 
Congres Pemoeda – Pemoeda Indonesia” yang berbunyi :

Pertama :
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE
BERTOEMPAH DARAH YANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA

Kedua :
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE
BERBANGSA YANG SATOE, BANGSA INDONESIA

Ketiga :
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA
MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA
INDONESIA

Pada kongres tersebut untuk pertama kalinya digunakan hiasan merah – putih
tanpa gambar atau tulisan, sebagai warna bendera kebangsaan dan untuk
pertama kalinya pula diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Para kawan...! Demikian sejarahnya. Selamat malam...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar